Tedhak Siten atau upacara turun tanah yang lazim di sebut Pitonan, merupakan saat seorang anak pertama kali menginjakkan kaki di tanah / mengenai tanah waktu baru berusia tujuh bulan. Upacara ini diawali dengan suatu prosesi penyanyi hadrah dan diikuti penabuh rebana, disusul iringan keluarga dengan membawa kelengkapan upacara berupa tangga yang terbuat dari tebu wulung, sangkar ayam, kembang setaman, alat-alat tulis serta sesaji tumpeng. Sang anak dan ibunya dibimbing oleh dukun menginjak tujuh warna jadah, yaitu merah, hitam, putih, kuning (makna nafsu manusia), merah muda (makna bersatunya darah merah dan darah putih dari ibu dan bapak), warna biru (makna angkasa/angin), dan warna ungu (makna kehidupan sempurna). Kemudian sang anak dibimbing untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu wulung, maksudnya untuk memiliki kehidupan yang mulia. Selanjutnya sang anak didudukan pada jenang blewah (kue yang terbuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan kemudian dimasukkan dalam waluh merah dan dikukus) Selesai acara tersebut, sang anak dimandikan dalam bak yang berisi kembang setaman dan kemudian dimasukkan dalam sangkar yang berisi peralatan upacara yang akan menjadi pilihan sang anak yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Selanjutnya diadakan syukuran (kenduri) nasi tumpeng dan tujuh moncong dan dilanjutkan dengan hiburan.
Back To List ...